Senin, 04 Juni 2012

Anakku bukan anakku

Lagi-lagi setelah jalan-jalan di forum, saya ketemu berita menarik, tentang seorang ulama Prancis yang dihukum karena melakukan Sunat pada putrinya, pada tulisan ini saya bukan mau membahas tentang bahaya sunat pada barangnya perempuan, bukan itu... namun, disini saya menekankan pada bagaimana anak bukanlah milik orang tua, anak berhak menentukan masa depannya sendiri.

Kalau membahas tentang hubungan anak dengan orangtuanya, saya langsung teringat dengan puisi sarat
makna dari kahlil gibran yang berjudul anakku, berikut saya copaskan bagian yang mnurut saya menarik dan perlu direnungkan


Anakmu bukanlah milikmu,
mereka adalah putra putri sang Hidup,
yang rindu akan dirinya sendiri.
Mereka lahir lewat engkau,
tetapi bukan dari engkau,
mereka ada padamu, tetapi bukanlah milikmu.
Berikanlah mereka kasih sayangmu,
namun jangan sodorkan pemikiranmu,
sebab pada mereka ada alam pikiran tersendiri.
Patut kau berikan rumah bagi raganya,
namun tidak bagi jiwanya,
sebab jiwa mereka adalah penghuni rumah masa depan,
yang tiada dapat kau kunjungi,
sekalipun dalam mimpimu.
Engkau boleh berusaha menyerupai mereka,
namun jangan membuat mereka menyerupaimu,
sebab kehidupan tidak pernah berjalan mundur,
ataupun tenggelam ke masa lampau.


Engkaulah busur asal anakmu,
anak panah hidup, melesat pergi.
Sang Pemanah membidik sasaran keabadian,
Dia merentangkanmu dengan kuasaNya,
hingga anak panah itu melesat jauh dan cepat.
Bersukacitalah dalam rentangan tangan Sang Pemanah,
sebab Dia mengasihi anak-anak panah yang melesat laksana kilat,
sebagaimana dikasihiNya pula busur yang mantap.
Bagaimana puisinya? apakah hatimu telah terenyuh? :p
Ok, kembali ke kasus ulama prancis tadi, coba bayangkan, ulama tersebut menyunat si anak, yang notabene perempuan dengan alasan agama...
masih belum dapet dimana salahnya? Ok sekarang saya jelaskan dulu proses penyunatan, kalau bagi anak laki2 itu tidak masalah, karena sesungguhnya kulit lebih di penis bagian atas emang gak berguna, dibuang juga gapapa, malah bagus soalnya jadi lebih mudah dibersihkan. tapi bagi perempuan yang dipotong adalah klitorisnya, coba bayangkan, sumber kenikmatan seksual si anak dipotong, masa depan sang anak direnggut
Di berita tersebut memang diceritakan kalau anaknya membela orangtuanya, menangis di pengadilan saat kedua orangtuanya disidang. Siapa yang salah disini. Kedua orangtuanya lah yang salah, kenapa? mereka mendoktrin si anak dengan agamanya, menutupi fakta yang ada, tidak memberi tahu anak tersebut apa bahayanya melakukan sunat itu. Kedua orangtuanya menanamkan pemikiran dogmatis mereka pada si anak, membentuk mereka sesuai keinginannya. Bitch please, kalian tidak berhak untuk itu....
Akhir kata, jangan labeli anak dengan agamamu, jangan paksa anak untuk bersaksi tentang adanya tuhan yang mereka sendiri belum tahu, jangan kau doktrin mereka dengan ajaran dalam produk kecapmu. Kau seharusnya ajari mereka semua agama dan biarkan mereka yang memutuskan :)


Ps. ntar kalo sempat tulisan ini kusempurnakan lagi :p

Tidak ada komentar:

Posting Komentar